New Every Morning

New Every Morning

I’ll never forget the trouble, the utter lostness, the taste of ashes, the poison I’ve swallowed. I remember it all—oh, how well I remember—the feeling of hitting the bottom. But there’s one other thing I remember, and remembering, I keep a grip on hope: God’s loyal love couldn’t have run out, his merciful love couldn’t have dried up. They’re created new every morning. How great your faithfulness! Lamentations 3: 19-24 MSG

Kitab Ratapan berisi syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke tangan tentara Babel pada tahun 586 s.M., dan kehancuran serta masa pembuangan sesudah itu. Kitab ini ditulis oleh nabi Yeremia. Dalam bahasa Ibrani disebut Eikhah, yang artinya adalah "Kenapa," yang merupakan rumus dalam memulai nyanyian ratapan. Walaupun kitab ini pada umumnya bernada sedih, namun di dalamnya tampak juga segi kepercayaan kepada Tuhan dan harapan akan masa depan yang cerah. 

Membaca ayat tadi seperti membawa kita kepada situasi yang memiliki kemiripan dengan apa yang kita hadapi saat ini. Selama hampir 2 tahun terakhir ini, bagi sebagian dari kita merupakan tahun-tahun yang penuh dengan trouble, merasa kehilangan entahkan materi, hubungan, atau orang-orang terdekat. Bagi sebagian orang lainnya, merupakan masa-masa yang pahit, bahkan terasa seperti kehilangan harapan dan ada di titik terendah dalam kehidupan ini (hitting the bottom). Memang tepat bahwa nama kitab ini dalam Bahasa Ibrani memiliki makna “Kenapa”, sebuah pertanyaan yang seringkali muncul dan kita lontarkan kepada Tuhan ketika kita menghadapi tantangan atau pergumulan dalam hidup ini.

Namun, Firman Tuhan juga mengingatkan kita bahwa ada satu hal yang perlu terus kita ingat dan menjadi pegangan hidup.

But there’s one other thing I remember, and remembering, I keep a grip on hope: God’s loyal love couldn’t have run out, his merciful love couldn’t have dried up. They’re created new every morning. How great your faithfulness!

Kasih setia Tuhan tidak ada habisnya, tidak pernah kering, selalu baru setiap pagi. Betapa besar kesetiaanNya! Jadi bagaimana agar kita bisa tetap kuat dalam menjalani kehidupan yang memang setiap kali akan menghadapi ujian, agar kita naik ke level berikutnya? Ada kebiasaan dan gaya hidup yang baru yang perlu kita mulai, sebagai bagian dari our Transformation Journey together in this Year of Transformation. Dikatakan tadi “there’s one other thing I remember, and remembering, I keep a grip on hope.” Apa yang Yeremia ingat adalah kasih Tuhan yang Ia telah alami dan terima dalam hidupnya. So, here’s the habits that we need to start.

Remembering the Goodness and Faithfulness of God

Saya percaya tentunya ada begitu banyak pengalaman kita akan kebaikan dan kesetiaan Tuhan sampai di titik kehidupan kita saat ini. Kalau kita menengok ke belakang, melihat ada banyak hal yang sudah kita lewati, bukankah akan nampak jejak (footprints) di mana Tuhan sungguh hadir? Pertolongan, jalan keluar, orang-orang yang datang dan memberikan penghiburan, pintu kesempatan yang terbuka dan banyak hal lain yang seringkali hadir dalam rupa dan bentuk yang sederhana dalam keseharian kita.

Reading and Meditating the Word of God

Reading the Word of God is like taking a bite of food, while Meditating is chewing the food. Reading the Bible is our way to listen to God’s word. This is how you should read the Bible. Slowly read the passage you have chosen in the Bible. Note specific words. Think about the intentionality of the word ordering. Look for repetition, themes, pictures, and dialogue. Stay alert for a single word, phrase, verse, metaphor, or message that catches your eye, stirs you, moves you, or connects with you emotionally. Then read the passage again. Repetition will help to keep that piece of Scripture in the forefront of your mind. 

During meditation, think about what the parts that stood out to you meant to the original audience and what the author might have been thinking when he wrote it. Think about the specific part of the passage that spoke directly to you. Focus intently on why the Holy Spirit might have chosen these words to speak to you. Reflect on how it might connect to your life. Is it relevant to something that you are going through? Do certain people come to mind whom God may want you to reach out to or reconcile with? 

When you’re thinking about a passage in God’s presence, ask the Holy Spirit to illuminate that passage so that you can grasp the connections to your own life. Meditation engages us holistically: heart, mind, emotions. In biblical meditation, the objective is attachment to God and sustained focus on his Word. Peter Toon in “Meditating as a Christian” defines biblical meditation as “thinking about, reflecting upon, considering, taking to heart, reading slowly and carefully, prayerfully taking in, and humbly receiving into mind, heart and will that which God has revealed.”

Have you ever noticed your mind so centered on something that it just won’t let go? You have a thought, often something you’re worrying about, that repeats over and over. In biblical meditation, we are retraining our thoughts to mull over “whatever is noble, whatever is right, whatever is pure, whatever is lovely, whatever is admirable” (Philippians 4:8). Instead of worrying over something in a harmful way, we are choosing to redirect our thoughts on the things of God, especially Christ as found in his Word.

Keeping a Lifestyle of Intimacy with God

There’s no phone, whatever the brand is, that can be used all the time without having its battery regularly charged. Just like you can’t expect the charging of last year, last month, last week, and even yesterday can make your phone to be well-functioned today, your life can’t be well-functioned without a continuous intimacy, a close relationship between you and God, our Loving Father. It should be new every morning, just like the love of God!

Our Loving Father will always love us and long to have us at home with Him. Dia sudah berjanji, dalam Ibrani 13:5 dituliskan, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Apakah anda masih membangun hubungan secara kontinu dengan-Nya? Keintiman yang dimaksud di sini bukan selalu dibangun dalam momen doa dengan waktu yang berjam-jam, namun dalam sebuah konsistensi untuk terus terhubung dengan-Nya, karena sebuah kesadaran bahwa Ia senantiasa hadir bersama dengan kita, apapun yang sedang kita kerjakan dan di manapun kita sedang berada. Kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari inilah yang akan menjadikan keintiman kita dengan Tuhan itu sebagai sebuah gaya hidup.

Bukankah setiap hubungan, apalagi hubungan yang dekat dan intim antara seorang suami dan istri tidak bisa terbangun hanya karena waktu yang sesaat dan komunikasi yang terputus-putus? Sekalipun terkadang ada tantangan dalam hal jarak dan waktu pun, sebuah hubungan yang dekat dapat melampaui kesemuanya itu. Why? Because it is not an act of obligation, but act out of love. Sebuah tindakan yang didasarkan pada kasih. Dan Tuhan yang telah terlebih dahulu mengasihi kita, sehingga kita pun dapat meresponi dan mengasihiNya.

His love was created new every morning, couldn’t have run out, couldn’t have dried up.

So, it is the time for us to start a new habit, a new lifestyle. Remembering the goodness and faithfulness of God; reading and meditating the word of God; and keeping a lifestyle of intimacy with God. Kasih setiaNya yang selalu new every morning itulah yang akan memampukan kita untuk membangun dan kemudian menghidupi habit dan gaya hidup yang baru ini secara kontinu dan konsisten. Di sinilah, transformasi mulai terjadi, sehingga bukan hanya kita diubahkan untuk menjadi pribadi yang bertumbuh, tapi bahkan Tuhan akan memakai kita untuk menghadirkan transformasi di tengah-tengah komunitas dan lingkungan di mana kita berada, juga menolong orang-orang di sekitar kita untuk mengalami transformasi yang sama.